Terusan Suez menghubungkan  Pelabuhan Said (Bur Sa'id) di Laut Tengah dengan Suez (Al Suways) di  Laut Merah. Terusan Suez dibuka pada 1870 dan dibangun atas prakarsa  insinyur Perancis Ferdinand Vicomte de Lesseps.
Terusan ini  memungkinkan adanya transportasi air dari Eropa ke Asia tanpa  mengelilingi Afrika. Sebelum adanya kanal ini, beberapa transportasi  dilakukan dengan mengosongkan kapal dan membawa barang melalui jalan  darat antara Laut Tengah dan Laut Merah.
Terusan Suez terdiri dari  dua bagian, yakni utara dan selatan Danau Great Bitter yang  menghubungkan Laut Tengah ke Teluk Suez. Berikut kronologi Terusan Suez.
Pada  1854-1856, Ferdinand de Lesseps memperoleh hak dari Khadif Mesir Said  Pasha untuk menetapkan suatu perusahaan guna membangun dan  mengoperasikan Terusan Suez selama 99 tahun.
Pada 1869, konstruksi  diselesaikan dan diperkirakan menghabiskan dana sebesar US$ 41,86 juta  (Rp 378 miliar). Pada 1875, pemerintah Mesir mengalami defisit keuangan  dan menjual sebagian besar saham Terusan Suez kepada Inggris.
Pada  1888, kebebasan melewati kanal ini bagi semua kapal dari semua negara  secara damai dan berperang dijamin oleh konvensi Konstantinopel.  Kemudian 26 Juli 1956, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser  menasionalisasikan Terusan Suez.
Oktober 1956, Israel menduduki  Semenanjung Sinai, sedangkan Inggris dan Prancis menduduki posisi  sepanjang terusan. April 1957, terusan dibuka kembali untuk lalu lintas  non-Israel dan diserahkan pada Mesir yang secepatnya harus mengganti  rugi pemegang saham pada 1958.
Pada 1967, selama perang enam hari  antara Mesir dan Israel, Mesir menenggelamkan kapal sehingga menghalangi  terusan. Akibatnya, terusan ditutup selama delapan tahun.
Kemudian  pada 1975-1980, kanal ini diperlebar dan diperdalam untuk memungkinkan  dilewati kapal yang lebih besar. Pada 1979, hak-hak lalu lintas kapal  Israel diperbaiki dengan perjanjian damai antara Mesir dan Israel. Pada  1980, kurang lebih sebanyak 21.603 kapal melintas kanal ini.
0 comments:
Post a Comment